ABG, TERSESAT DI JALUR GLAMOUR
ABG atau anak baru gede, sekarang mendapat
julukan baru Ababil. Kepanjangannya, anak baru labil atau anak baru gede labil.
Julukan ini muncul dari kalangan mereka sendiri atau dari generasi yang lebih senior.
Begitu membuka Google, dan ketik ababil, dalam waktu 0.29 detik muncul
2,290.000 laman atau situs yang menyebut kata ababil.
Meski demikian, istilah ababil ternyata
belum mampu mengalahkan istilah ABG. Sebab di Google, dalam waktu 0.40 detik
kita klik ABG muncul 68,300.000 tautan. Gejala dan data ini menunjukkan kalau
pertama, masalah ABG atau Ababil merupakan masalah penting, banyak yang
menganggap penting. Kedua, ini menunjukkann kalau kalangan ABG atau kalangan
ababil sendiri yang aktif bergiat di internet dan menulis atau mengakses sajian
internet jumlahnya amat banyak. Jangan-jangan mereka dunia maya ketimbang
dengan orangtuanya. Lewat dunia maya ini mereka bisa berman-main dengan banyak
hal, termasuk bermain-main dengan dunia pornografi, berkenalan dengan orang
yang tidak jelas yang kemudian mengaja pacaran, mengadakan transaksi seksual
dan sebagainya.
Sebagai generasi yang masih labil, dan galau,
mereka kadang bingung dengan mereka sendiri. Anak-anak bukan, orang dewasa
bukan. Nanggung. Mereka pun banyak yang bingung ketika mencari dirinya sendiri.
Jalan termudah, mereka mencari jati diri lewat kelompoknya. Mereka merasa kuat
dan mengidentifikasi dirinya lewat kelompoknya. Kelompok apa saja yang mudah
mereka jangkau. Sebab seringkali tidak ada yang mengarahkan untuk memilihkan
kelompok yang positif.
Disini memang mulai muncul masalah. Kalau mereka
salah mencari kelompok maka mereka justru panen masalah baru. Misalnya, mereka
masuk dalam kelompok yang suka merokok satu langkah berikut, masuk ke dalam
kelmpok pecandu narkoba. Atau mereka masuk ke dalam kelompok yang disebut geng
motor. Mula-mula hanya iseng, ikut kelompok suka bermotor kemana-mana, balapan
motor, kemudian berkelahi atau tawuran dengan kelompk bermotor lain. Nasib
menjadi buruk, jika kelompok-kelompok labil jiwanya ini jatuh dalam cengkeraman
pentolan penjahat seperti Kelewang dari Riau. Mereka bisa menjad-jadi
tingkahnya, sok jagoan dan melakukan tindak kriminal.
Kelompok anak baru labil dan galau ini juga ada
yang menjadi pengagum tokoh tertentu. Kalau yang dikagumi adalah tokoh baik dan
alim, lumayan nasib mereka. Mereka anak meniru toko idola ini. Kalau idola
mereka, misalnya penanyi pop atau bintang sinetron pop, hidupnya penuh gaya
glamour, mereka langsung menirukan. Mereka menirukan cara berpakaian, cara
ngomong, cara makan, cara berpacaran dan cara mengenakan asesories dari sang
idola itu. Semua ini dilakukan dengan penuh kebanggaan. Sekalipun secara moral
dan nilai agama salah. Kalau malam Minggu atau hari Valentine, atau malam Tahun
Baru banyak di antara mereka yang hanyut dalam pesta, di hotel, di tempat
wisata dan pestanya ini mengarah pada pesta mabuk-mabukan dan pesta seks bebas.
Melalui jalur glamour inilah kemudian banyak ABG
atau ababil yang tersesat. Sebab untuk membiayai gaya hidup glampur, banyak
yang sukarela menjual dirinya menjual dagingnya yang paling berharga
untukditkar dengan uang. Dari pengakuan mereka, malahan, mereka ketagihan untuk
menikmatinya. Sudah banyak laporan yang menunjukkan bagaimana angka ketidakperawanan
ABG di banyak kota, dan desa makin bertambah prosentasenya. Sekali tersesat
mereka malah melanjutkan dunia haram ini, demi mendapatkan uang dan kenikmatan
sesaat.
Yang jelas, sebagai anak yang baru labil,
sebenarnya mereka memiliki energi atau tenaga yang melimpah, mereka juga punya
cita-cita melimpah, kreativitas yang melimpah, mereka juga punya emosi yang
melimpah. Akan tersalur kemana potensi mereka dalam mencari jati diri
bergantung pada pilihan mereka mencari kelompok, kedekatan mereka dengan orang
tua dan guru, dan lingkungan yang domnan di sekelliling mereka. Inilah yang
membuat banyak sekolah menengah menyedakan fasilitas ekstra kulikuler, dan
muncul banyak kelompok hobi di masyarakat.
Apa yang perlu dilakukan oleh organisasi dakwah, dan
oraginassi yang menangani keluarga dan remaja agar sebagai ababil mereka dapat
memasuki jalan cerah? Bisakah mereka diselamatkan dari jalur glamour ni?Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah
0 komentar:
Silakan memberikan komentar dengan mengindahkan etika, nilai, dan norma yang berlaku. Dilarang menyepam dengan berbagi link dsb. Semoga Bermanfaat.