PROSTITUSI PELAJAR: PUCAK GALAU ABABIL
“Didiklah anakmu dengan
sungguhsungguh, karena ia akan hidup di sebuah masa selain zamanmu,”
Mahfudzat (kata mutiara) yang katanya sabda Khalifah Ali Bin Tahlib di atas tampaknya perlu dibaca ulang
oleh para orang tua masa sekarang. Terutama yang mempunyai anak remaja.
Bagi generasi orangtua masa sekarang pasti tidak pernah
membayangkan akan hadirnya suatu zaman di mana banyak pelajar SMP yang dengan
sadar sudah menekuni profesi sebagai pelacur profesional. Pelajar SMP yang
masih ABG (anak baru gede) yang dalam bayangan orangtua masing-masing masih
dianggap belum bisa membuang ingus dengan benar ternyata banyak yang telah
meniti karier secara tidak benar. Menjadi pelacur.
Profesi yang dilarang oleh semua agama di dunia. Profesi yang
kendati sudah ada sejak zaman purba namun tidak pernah mendapatkan pembenaran
dari seluruh budaya manusia. Profesi yang selalu menjadi musuh setiap peradaban
justru telah dipilih oleh sebagian pelajar SMP di Indonesia. Sebuah kenyataan
yang menyesakkan dada tentunya.
Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Prof Agus Suradika,
para remaja saat ini dapat dikatakan sedang menghadapi tantangan yang sangat
berat. Yaitu apa yang dipelajari di
sekolah semuanya nyaris bertentangan dengan realitas yang ada di masyarakat.
Ketika di sekolah mereka diajar tentang kesantunan, kesopanan, kejujuran,
kesederhanan, serta diajari tentang cara berpakaian yang sopan. Namun mereka
melihat kenyataan yang ada justru tidak seperti apa yang diajarkan di sekolah.
Setidaknya itulah yang ditampilkan oleh televisi. Kotak kaca ajaib yang oleh
manusia sekarang telah dianggap sebagai
guru
kehidupan.
Nilai
baik dan buruk, sopan dan kurangajar, pantas dan tidak elok semua telah
dijungkir balikkan oleh televisi. Di telivisi anak remaja yang selalu
menghormati guru dan orang tua serta berpakaian sopan dicitrakan sebagai remaja
yang ketinggalan zaman atau dalam istilah abg masa sekarang disebut “tidak
gaul”. Sebaliknya anak-anak remaja putri yang memakai baju serba kekecilan
dianggap sebagai anak remaja yang modis, mengikuti trend, dan tidak ketinggalan
zaman. Atau dalam istilah abg sekarangdisebut dengan istilah abg yang “gaul
habis”. Mereka terus mengejar predikat sebagai remaja ‘gaul habis’ itu menurut
Ketua LSBO PP Muhammadiyah, H Jabrohim karena pada dasarnya para remaja
mengejar satu pengakuan agar dikatakan eksis. Maka mereka akan tampil menunjukkan
diri, lewat busana, tata rambut, gaya bicara, yang sifatnya permukaan. Berbagai
gaya itu sayangnya semuanya dikiblatkan pada tata nilai yang ada di dalam
budaya pop yang tidak jelas tata nilainya. Semakin banyaknya tata nilai yang
berjungkir
balik inilah yang membuat abg sekarang banyak yang menjadi galau, labil, dan
tersesat dalam dunia yang tidak mereka mengerti. Oleh karena itu, sekarang ini
juga muncul istilah ababil (abg labil) di kalangan remaja. Para ababil inilah
yang saat ini menjadi santapan empuk kaum kapitalis untuk diperalat dan
dijadikan obyek untuk menumpuk keuntungan. Membanjiri pasar dengan aneka produk
yang selalu berbeda yang mendikte selera
serta
menentukan “kegaulan” remaja. Agar bisa meraih dan mempertahankan label sebagai
abg yang gaul para
remaja
diharuskan terus mengikuti trend mode terakhir yang didiktekan oleh para kaum
kapitalis yang membanjiri pasar dengan produk mereka. Tentu saja tuntutan untuk
terus menjadi “abg gaul” membutuhkan biaya yang tidak murah ironisnya hampir
semua abg masa sekarang cenderung ingin tetap menjadi abg gaul dengan kriteria
kaum kapitalis tersebut. Oleh karena itu menurut Prof Agus Suradika di Jakarta,
masyarakat kecil pun jika mempunyai uang maka mereka akan pergi ke mall karena
yang menarik dan yang mengikuti zaman adalah hal-hal yang mengikuti trend zaman
yang sangat hedonis dan penuh glamour itu. Fenomena mengunjungi mall ini tidak
hanya terjadi di Jakarta, hampir semua kota-kota besar sekarang ini juga
dipenuhi mall dan pusat perbelanjaan modern yang
semuanya
juga penuh sesak dengan jubelan para abg yang semuanya mengejar predikat
sebagai remaja gaul.
Memburu
produk terbaru kaum kapitalis baik itu yang berwujud hand phone, pakaian, tas,
dan berbagai aksesoris lain
yang
mungkin tidak lagi bisa dipahami oleh para orang tua. Hal senada juga
dikemukaan oleh DR Aprinus Salam, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM yang
menyatakan kalau arah masyarakat sekarang ini memang ditentukan oleh kapitalis.
Masyarakat dewasa maupun ABG sama saja semua suka hidup mewah dan penuh
glamour.
Aprianus
Salam juga menyatakan kalau saat ini motif ekonomi yang banyak dijadikan
landasan hidup masyarakat.
Tidak
banyak yang peduli cara mendapatkannya, yang penting motif ini terlaksana.
Sehingga masyarakat tidak
lagi
berminat memikirkan nasib orang lain. Dan cenderung acuh dengan apa yang
terjadi di luar diri mereka dan keluarganya. Dari sinilah semua masalah itu
muncul dan terus berkembang karena pos dan peran kapitalis itu bekerja. Yaitu
dengah merubah pardigma berfikir masyarakt ke arah matrealis sehingga subur
sikapsikap
hedonis,
pragmatis di masyarakat kita sekarang. Sebenarnya masyarakat sekarang juga
sadar akan perilaku glamournya itu. Akan tetapi mereka juga terus-menerus
melakukannya. Dan masyarakat juga tahu akan dampak negatif dari apa yang mereka
lakukan. Bukan berarti masyarakat tidak berdaya dengan adanya kekuatan
kapitalis. Justru dengan adanya kapitalis mereka bisa berbuat banyak hal yang
negatif dengan cara-cara yang lebih canggih.
Sementara
itu Dra Elly Risman, Ahli Parental Yayasan Kita dan Yayasan Buah Hati.
berpendapat kalau saat ini banyak remaja yang jiwanya tidak memiliki gravitasi.
Mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada di lingkungan. Hal ini disebabkan oleh
harga diri yang rendah akibat komunikasi orangtua yang menggunakan gaya bicara
popular yang tidak nyambung. Ketika ada teman yang mampu membeli HP canggih dan
mewah yang berharga mahal, seorang ababil pasti ingin memilikinya juga.
Demikian juga dengan pakaian, serta berbagai aksesoris kehidupan yang lain yang
terus dikampanyekan oleh kaum kapitalis sebagai gaya hidup abg masa kini. Hal
yang sama kalau kadang ada teman-temannya yang mentraktir dirinya untuk
menikmati club malam yang hingar bingar namun mengasyikkan ataupun mengonsumsi
narkoba dan sejenisnya. Karena ingin terus mempertahankan diri sebagai abg gaul
maka seorang ababil harus terus berupaya eksis di dunia mewah dan penuh glamour
tersebut. Padahal untuk memenuhi gaya hidup mewah, dibutuhkan uang. Mereka yang
tidak memiliki sumber uang yang cukup dari orangtu atau bekerja, mengambil
jalan pintas dengan menjual diri. Kebiasaan hidup mewah memang tidak melatih
individu untuk memiliki keterampilan hidup serta menahan kesulitan dan hawa
nafsu. Setidaknya itulah pengakuan mayoritas para ababil pelajar SMP yang
dengan sadar menekuni profesi sebagai pelacur. Mayoritas dari mereka terjun ke
profesi itu bukan karena terpaksa tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar, tetapi
karena tuntutan memenuhi kebutuhan mewah yang sebenarnya tidak sangat mendesak
untuk dipenuhi. Para ababil tidak memiliki kekokohan iman dan kepribadian ini
menurut Elly Risman bisanya akibat pola asuh yang otoriter atau terlalu
dimanja.
Disalin
dari Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 14 th 2013
0 komentar:
Silakan memberikan komentar dengan mengindahkan etika, nilai, dan norma yang berlaku. Dilarang menyepam dengan berbagi link dsb. Semoga Bermanfaat.