Sistem Perkaderan IPM
Judul : Sistem Perkaderan IPM
Penulis : PP IPM
Prolog : Dr. Haedar Nashir, M.Si. (Ketua PP Muhammadiyah)
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Harga : 39.000,-
Order : Toko Suara Muhammadiyah
Penulis : PP IPM
Prolog : Dr. Haedar Nashir, M.Si. (Ketua PP Muhammadiyah)
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Harga : 39.000,-
Order : Toko Suara Muhammadiyah
PEMBARUAN
KONSEP DAN KONSISTENSI PELAKSANAAN SPI
Dr. H. Haedar Nashir,
M.Si.
(Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah 2010-2015)
Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) dikenal sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang
terbilang baik perkaderannya. Hal itu antara lain karena sistem perkaderan IPM
relatif mapan dan dijalankan secara reguler, sehingga melahirkan kader yang
sesuai dengan harapan organisasi pelajar ini. Suksesi dan transformasi kader
IPM pun berlangsung dengan cukup baik, termasuk ke dalam organisasi induknya
yakni Muhammasiyah. Secara umum kader IPM memiliki karakter ideologis yang kuat
dan mampu menjalankan peran-peran organisasi Muhammadiyah.
Proses
perkaderan yang baik memang tidak lepas dari sistem perkaderannya yang mapan
dan dijalankan secara konsisten. Sistem perkaderan sebaik apapun manakala
tidak konsisten dalam melakasanakannya
maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Apalagi jika sistemnya kurang baik dan
tidak dilaksanakan secara reguler maka hasilnya tentu jauh dari harapan. Hal
yang sempurna tentu saja sistem maupun pelaksanaannya sama-sama baiknya, maka
tentunya akan menghasilkan capaian yang lebih baik. Relasi antara konsep,
proses, dan konsistensi perkaderan menjadi suatu keniscayaan untuk meraih
keberhasilan dalam kegiatan apapun termasuk perkaderan IPM.
Kesempurnaan
konsep apapun, termasuk sistem perkaderan dan prosesnya, tentu tidak akan
terjadi dengan sendirinya. Baik konsep sistem maupun proses perkaderan,
semuanya merupakan hasil dari pergumulan yang panjang dan tidak sekali jadi.
Sistem Perkaderan IPM (SPI) sejak perumusan seminar Tomang Jakarta dan Makassar
maupun sesudahnya lahir dan berkembang dari satu tahap ke tahap berikutnya
secara berkesinambungan. Pelaksanannya pun demikian, mengalami perjalanan yang
tidak mengenal lelah dan berhenti. Di sana terjadi dialektika atau dinamika.
Terdapat koreksi, penyempurnaan, dan pembaruan. Terdapat pula kesinambungan
plus perubahan dan pengembangan. Semuanya berlangsung sebagai proses yang
niscaya dalam membangun sistem dalam konteks pergerakan yang dinamis guna
mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Konsep
dan pemikiran yang datang kemudian boleh jadi dianggap lebih baik dibandingkan
sebelumnya. Namun seiring dengan perjalanan waktu datang lagi konsep dan
pemikiran generasi baru yang jauh lebih baik lagi, sehingga yang semula baru
dan dipandang ideal pun menjadi lama dan terkesan kurang. Itulah hukum dinamika
perubahan yang memang selalu terjadi secara Sunatullah, tidak ada yang tetap
kecuali perubahan itu sendiri. Allah bahkan mengingatkan, perubahan itu terjadi
atas kehendak para pelakunya, sebagaimana firman-Nya yang artinya "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu yang
mengubah keadaanya sendiri" (QS Ar-Ra’d
[13]: 11).
Sistem Perkaderan IPM (IPM) pun terkena
hukum perubahan itu. Dari satu periode ke periode berikutnya terjadi revisi dan
penyempurnaan konsep, sekaligus pembaruan. Tidak ada yang yang stagnan,
termasuk tidak ada satu fase dianggap lebih baik konsepnya ketimbang fase
sebelumnya, semuanya terikat hukum perubahan itu. Hal yang penting ialah
prinsip-prinsip dan esensi yang terkandung dalam SPI itu mampu dituangkan,
dielaborasi, dan diaktualisasikan secara mendasar sekaligus aplikatif untuk
kemudian dilaksanakan secara seksama dan konsisten.
Demikian pula yang menyangkut materi dan
pendekatan, tidak ada yang tunggal, selalu memerlukan interkoneksi satu sama
lain. Aspek-aspek normatif-dogmatif-indoktrinatif dikoneksikan secara benar dan
proporsional dengan nilai-nilai objektif-saintifik-rasional kontekstual.
Pendekatan pedagogis, andragogis, dan dialogis atau apapun pilihannya satu sama
lain memiliki kelebihan sekaligus kekurangan, tidak ada yang satu lebih dari
yang lainnya, yang paling penting kemampuan menerapkannya secara benar dan
cerdas. Ibarat pisau, masing-masing
memiliki fungsinya sendiri, bagaimana cara menggunakannya sesuai objek dan
kepiawaian.
Hal yang penting diapresiasi ialah
komitmen dan kesungguhan IPM selain dalam memperbarui sistem perkaderannya,
pada saat yang sama ikhtiar memahami prinsip-prinsip ideologi Muhammadiyah dan menyerap pikiran-pikiran baru yang berkembang
di Persyarikatan. Ide-ide tentang kemajuan yang merujuk pada pandangan Islam
yang berkemajuan merupakan salah satu contohnya, yang dituangkan dalam SPI. Pemikiran dan pandangan IPM tersebut
menujukkan kemampuannya dalam merujuk pada ideologi Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid yang berkemajuan. Tidak
semua pergerakan kaum muda mampu menyerap gagasan-gagasan Muhammadiyah tentang
Islam dan gerakan berkemajuan karena mungkin pecah konsentrasinya dan lebih tertarik
pada hal-hal lain yang lebih pragmatik. Termasuk tidak banyak yang memikirkan
dan mengembangkan perkaderan-nya untuk menjaga kesinambungan hadirnya
kader Muhammadi-yah yang berkomitmen menjalankan misi
dakwah dan tajdid serta membawa gerakan Islam ini memasuki abad kedua yang
penuh tantangan.
Kita percaya IPM selain mampu memperbarui
SPI sebagaimana konteks dan kepentingan saat ini juga melaksanakan dan
menjalankannya secara sistematis, masif, terstruktur, dan berkesinambungan.
Aktualisasi SPI tersebut tentu saja dalam ruang gerak dan konteks IPM di tengah
dinamika kekinian yang kompleks, dengan tetap berpijak pada prinsip, identitas,
dan khittah perjuangan IPM yang menjadi karakter gerakannya sebagai pilar
strategis gerakan pelajar Muhammadiyah. Identitas kepelajaran dan
kemuhammadiyahan menjadi satu napas yang bersenyawa di dalam SPI dan
pelaksanannya. Gerakan manapun tidak mungkin bertahan dalam kemurniannya tanpa
pembaruan, sebalikya pembaruan apapun tidak mungkin berlangsung semaunya tanpa
terikat pada identitas ideologis yang menjadi jatidirinya, di situlah dinamika
suatu pergerakan.
Dalam konteks realitas SPI juga mesti
berhadapan dengan dunia pelajar di mana IPM berkiprah. Analisis sosial dan
kontekstualisasi SPI maupun peran IPM tidak akan lepas dan memang harus selalu
berorientasi pada dunia pelajar. Pemahaman terhadap kehidupan pelajar secara
sosiologis menjadi penting, sehingga IPM benar-benar membumi dan mampu menjadi
kekuatan alternatif dalam memecahkan masalah pelajar dan memberikan arah masa
depan kepada mereka. Keberhasilan IPM memperoleh penghargaan nasional dan di
tingkat ASEAN menjadi modal kepercayaan bahwa gerakan pelajar Muhammadiyah
mampu menjadi problem solver
sekaligus memberi arah masa depan yang mencerahkan.
Di sinilah pentingnya SPI bukan sekedar instrumen perkaderan semata, tetapi pada saat yang sama menjadi
pranata IPM dalam menjalankan fungsi pencerahan bagi dunia pelajar, sekaligus
sebagai wadah bagi proses transformasi dalam gerakan Muhammadiyah ke depan.
Karenanya dalam menjalankan SPI, diperlukan pula pelaku-pelaku yang memiliki
keyakinan ideologis kuat, pemahaman yang mendalam, kecerdasan yang memadai,
keahlian yang melintasi, serta kegigihan dan pengkhidmatan yang tinggi sehingga
mencapai hasil yang didambakan. Dukungan infrastruktur dan lain-lain pun
diperlukan, semuanya saling terkait yang harus terus diikhtiarkan dalam
melaksanakan SPI tersebut. Hal yang perlu dihindari ialah, menganggap semua
akan berjalan sukses dan tanpa rintangan, karena memandang SPI telah dirumuskan
sebagai konsep perkaderan yang resmi dan dipandang terbaik, minus perjuangan
yang sungguh-sungguh sebagai sebuah jihad pergerakan. Nashrun min Allah wa Fathun Qarib.
Sumber: http://www.pelajarberkemajuan.com
0 komentar:
Silakan memberikan komentar dengan mengindahkan etika, nilai, dan norma yang berlaku. Dilarang menyepam dengan berbagi link dsb. Semoga Bermanfaat.